kakakdewa London - Musim lalu Tottenham Hotspur sempat berlari kencang
dalam perebutan titel Premier League meski kedodoran di akhir. Musim ini
Spurs diprediksi bisa terus melaju dan jadi juara.
Pendapat tersebut dilontarkan oleh Paul Parker, mantan pesepakbola Inggris yang dulu ngetop dengan Fulham, Queens Park Rangers, dan Manchester United, dan kini menjadi analis sepakbola.
"Lupakan Manchester City yang ramai dibicarakan di bawah arahan Pep Guardiola, satu tim tidak mewujudkan sebuah liga secara khusus ketika tim itu secara brutal dihajar oleh sebuah kerelaan untuk bekerja keras, seperti yang dilakukan Tottenham pada hari Minggu. Premier League masih di awal dan sebuah tim di luar dugaan bisa kembali mengangkat trofi," kata Parker di kolomnya di Eurosport.
Pendapat tersebut dilontarkan oleh Paul Parker, mantan pesepakbola Inggris yang dulu ngetop dengan Fulham, Queens Park Rangers, dan Manchester United, dan kini menjadi analis sepakbola.
"Lupakan Manchester City yang ramai dibicarakan di bawah arahan Pep Guardiola, satu tim tidak mewujudkan sebuah liga secara khusus ketika tim itu secara brutal dihajar oleh sebuah kerelaan untuk bekerja keras, seperti yang dilakukan Tottenham pada hari Minggu. Premier League masih di awal dan sebuah tim di luar dugaan bisa kembali mengangkat trofi," kata Parker di kolomnya di Eurosport.
"Dan bisa jadi yang melakukannya adalah Spurs, yang sedang membuktikan
bahwa lajunya musim lalu bukanlah kebetulan. Mereka tak lagi dihantui
pertanyaan negatif macam: apa bisa tanpa Harry Kane? Tentu saja jika ia
bisa mencetak 20 gol lebih musim ini maka mereka dijamin akan punya
peluang juara, tapi sudah pasti mereka tetap bisa menantang kalau pun
Kane absen," bebernya.
Akhir pekan lalu Spurs menang 2-0 atas City yang di awal musim ini digadang-gadang sebagai salah satu favorit kuat juara dan sempat melaju tak terkalahkan sebelum duel tersebut. Kemenangan sekaligus membuat The Lilywhites menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan di Premier League sejauh ini, walaupun masih tertinggal satu angka dari The Citizens di puncak klasemen.
"Tottenham tangguh di seluruh lini dengan kombinasi sempurna dari kemampuan teknik dan fisik. Kombinasi bek tengah mereka Toby Alderweireld dan Jan Vertonghen ditambah solid oleh kedatangan rekrutan baru Victor Wanyama, yang sudah menyingkirkan kecenderungan indispliner yang merugikannya di Southampton, Eric Dier, dan Dele Alli, plus lini serang mengerikan penuh kerja keras," ujar Parker.
Di musim 2015-16, Spurs sempat bersaing ketat dengan Leicester City. Tapi menjelang akhir Spurs kewalahan dalam membendung laju bersejarah The Foxes dan bahkan akhirnya harus rela digeser Arsenal ke posisi tiga. Menurut Parker, hal itu terjadi bukan karena Spurs kelelahan menjelang garis finis melainkan faktor pengalaman yang belum teruji dalam mengejar titel liga.
"Ketika Anda sudah sekali kena gigit, Anda tak mau lagi seperti itu. Saya ingat musim 1991-92 di Manchester United. Kami harus merelakan gelar ke tangan Leeds United, bukan karena kelelahan tapi karena kami kehilangan daya. Musim berikutnya, musim pertama era Premier League, kami sudah lebih bijak dan sukses melewati garis akhir. Tak ada rasa lelah," tulisnya.
Akhir pekan lalu Spurs menang 2-0 atas City yang di awal musim ini digadang-gadang sebagai salah satu favorit kuat juara dan sempat melaju tak terkalahkan sebelum duel tersebut. Kemenangan sekaligus membuat The Lilywhites menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan di Premier League sejauh ini, walaupun masih tertinggal satu angka dari The Citizens di puncak klasemen.
"Tottenham tangguh di seluruh lini dengan kombinasi sempurna dari kemampuan teknik dan fisik. Kombinasi bek tengah mereka Toby Alderweireld dan Jan Vertonghen ditambah solid oleh kedatangan rekrutan baru Victor Wanyama, yang sudah menyingkirkan kecenderungan indispliner yang merugikannya di Southampton, Eric Dier, dan Dele Alli, plus lini serang mengerikan penuh kerja keras," ujar Parker.
Di musim 2015-16, Spurs sempat bersaing ketat dengan Leicester City. Tapi menjelang akhir Spurs kewalahan dalam membendung laju bersejarah The Foxes dan bahkan akhirnya harus rela digeser Arsenal ke posisi tiga. Menurut Parker, hal itu terjadi bukan karena Spurs kelelahan menjelang garis finis melainkan faktor pengalaman yang belum teruji dalam mengejar titel liga.
"Ketika Anda sudah sekali kena gigit, Anda tak mau lagi seperti itu. Saya ingat musim 1991-92 di Manchester United. Kami harus merelakan gelar ke tangan Leeds United, bukan karena kelelahan tapi karena kami kehilangan daya. Musim berikutnya, musim pertama era Premier League, kami sudah lebih bijak dan sukses melewati garis akhir. Tak ada rasa lelah," tulisnya.
"Tottenham akhirnya menyadari seberapa bagus mereka. Saat ini mereka
tangguh secara fisik dan, mungkin untuk kali pertama dalam hidup saya,
mereka juga kuat secara mental. Spurs akan belajar dari kegagalan musim
lalu dan jika kesempatan datang lagi, yang saya pikir akan seperti itu,
maka mereka takkan lagi kehilangan peluang itu karena kenaifan dan
kurangnya pengalaman.
"Mauricio Pochettino sudah membangun sebuah tim yang bisa menjuarai liga. Label 'selatan yang lembek' untuk mereka sekarang hanyalah ada di masa lalu," sebut Parker.
(kakakdewa/kd)
"Mauricio Pochettino sudah membangun sebuah tim yang bisa menjuarai liga. Label 'selatan yang lembek' untuk mereka sekarang hanyalah ada di masa lalu," sebut Parker.
(kakakdewa/kd)